Materi: Perilaku Menyimpang dan Pengendalian

Posted by Diposting oleh Bustanul Nugroho On 10.18

SKL 3
Mengidentifikasi berbagai perilaku menyimpang dan pengendalian sosial dalam masyarakat 
Materi
• Perilaku meyimpang
• Pengendalian sosial

Ringkasan
A. Perilaku menyimpang
 
Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang tersebut. Perilaku menyimpang ditentukan batasannya oleh norma-norma kemasyarakatan yang berlaku dalam suatu budaya sehingga pengertian perilaku menyimpang berbeda-beda di setiap masyarakat.
Ada dua proses pembentukan perilaku menyimpang yaitu:
1. Penyimpangan sebagai hasil sosialisasi dari nilai-nilai subkebudayaan menyimpang
Perilaku menyimpang bersumber pada pergaulan yang berbeda. Pergaulan dengan kawan yang kurang baik mengakibatkan perilaku menyimpang
2. Penyimpangan dari sosialisasi yang tidak sempurna
Proses ini terjadi karena nilai dan norma yang dipelajari kurang dapat dipahami dalam proses sosialisasi sehingga orang tidak mempertimbangkan resiko dan melakukan penyimpangan

B. Bentuk-Bentuk Penyimpangan
Perilaku menyimpang dibedakan menjadi dua yaitu:
1. perilaku menyimpang primer, bersifat sementara dan masyarakat masih bisa menerima
2. perilaku menyimpang sekunder, secara khas dilakukan secara terus-menerus sehingga menjadi dominan dalam kehidupan pelaku dan dikenal umum oleh masyarakat

Robert M.Z Lawang mengemukakan macam penyimpangan yaitu:
1. Perilaku menyimpang yang dianggap sebagai kejahatan atau kriminal
2. Penyimpangan seksual
3. Penyimpangan dalam bentuk gaya hidup, misalnya penjudi, pemabok
4. Penyimpangan dalam bentuk konsumsi yang berlebih, misalnya alkoholisme
Light, Keller dan Calhoun membedakan tipe kejahatan menjadi:
1. Kejahatan tanpa korban, misalnya konsumsi narkoba
2. Kejahatan terorganisir, misalnya perdagangan perempuan, sindikat, mafia peradilan
3. Kejahatan kerah putih, yaitu kejahatan yang dilakuakn oleh orang yang memiliki kedudukan dan pengetahuan tinggi, misalnya penghindaran pajak, penggelapan uang perusahaan, korupsi
4. Kejahatan koorporat, yaitu kejahatan yang dilakukan atas nama perusahaan yang bertujuan menaikkan keuntungan atau menekan kerugian, misalnya pembuangan limbah di laut, kejahatan terhadap konsumen
Berdasarkan banyaknya pelaku penyimpangan dibedakan menjadi:
1. penyimpangan individual
2. penyimpangan kelompok
3. penyimpangan campuran

C. Teori-teori Perilaku Menyimpang
Teori Differential Association (kelompok yang berbeda) oleh Edward H. Sutherland
Sutherland memandang bahwa perilaku menyimpang bersumber dari pergaulan yang berbeda, artinya seorang individu mempelajari perilaku menyimpang dari interaksinya dengan seorang individu yang berbeda latar belakang asal, kelompok dan budaya. Misalnya seseorang yang ingin berprofesi sebagai perampok maka ia mempelajari (berinteraksi) cara-cara merampok dengan teman-temannya yang terlebih dahulu jadi perampok

Teori Labelling dari Edwin M. Lemert
Menurut teori ini seseorang menjadi menyimpang karena proses labelling berupa julukan, cap atau etiket yang ditujukan pada seseorang oleh masyarakat. Mula-mula sifat penyimpangannya primer, tetapi adanya julukan membuat pelaku mengidentifikasi dirinya sesuai dengan julukan tersebut.

Teori Psikologi dari Sigmud Freud
Perilaku menyimpang terjadi karena id tidak bisa dikendalikan oleh ego yang seharusnya dominan maupun superego yang tidak aktif. Id adalah bagian diri yang tidak sadar atau naluri, ego adalah bagian diri yang bersifat sadar dan rasional. Superego adalah bagian diri yang telah menyerap nilai dan norma dan berfungsi sebagai suara hati

Teori K. Merton
Perilaku menyimpang timbul karena anomi yaitu adanya ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan cara-cara yang dipakai untuk mencapai tujuan budaya tersebut. Menurut K Merton terdapat lima cara pencapaian tujuan budaya dari cara yang wajar sampai dengan yang menyimpang.

Teori Fungsi dari Emile Durkheim
Menyatakan bahwa tercapainya kesadaran moral dari semua anggota masyarakat karena faktor keturunan, perbedaan lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Artinya kejahatan itu selalu ada, sebab orang yang berwatak jahat pun akan selalu ada. Bahkan Durkheim berpangan bahwa kejahatan itu perlu agar moralitas dan hukum dapat berkembang secara normal

D. Sebab-sebab Perilaku Menyimpang
1. sikap mental yang tidak sehat
2. keluarga yang broken home
3. pelampiasan rasa kecewa
4. pengaruh lingkungan dan media massa
5. dorongan kebutuhan ekonomi
6. keinginan untuk dipuji atau gaya-gayaan
7. proses belajar yang menyimpang
8. ketidaksanggupan menyerap norma budaya
9. adanya ikatan sosial yang berlebihan
10. akibat proses sosialisasi nilai-nilai subkebudayaan menyimpang
11. akibat kegagalan dalam proses sosialisasi
Media pembentukan perilaku menyimpang dapat diperoleh melalui keluarga, lingkungan tempat tinggal, kelompok bermain dan media massa

E. Pengendalian Sosial
Pengendalian Sosial (social control) adalah segenap cara dan proses pengawasan yang direncanakan atau tidak direncanakan, yang bertujuan untuk mengajak, mendidik, atau bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi norma dan nilai yang berlaku

F. Sifat-sifat Pengendalian Sosial
Dilihat dari waktu pelaksanaannya
 
1. prevantif (pencegahan)
2. represif (memperbaiki)
3. dan gabungan
 
Dilihat dari jumlah cakupan yang terlibat
1. pengawasan dari individu terhadap individu lain
2. pengawasan dari individu terhadap kelompok
3. pengawasan dari kelompok terhadap kelompok
4. pengawasan dari kelompok terhadap individu
Dilihat dari aspek pelaksanaannya
 
1. Persuasif (tanpa kekerasan)
2. Coersif (paksaan)
3. Kompulsif, yaitu menciptakan suatu situasi yang dapat mengubah sikap atau perilaku yang negatif dan seseorang terpaksa taat dari situasi yang sengaja diciptakan pengendali
4. Pervasi yaitu nilai dan norma disampaikan atau dimasukkan secara berulang-ulang dan terus menerus dengan harapan akan melekat dalam jiwa seseorang sehingga akan terbentuk sikap yang diharapkan

G. Bentuk-bentuk pengendalian sosial
1. cemooh 6. pendidikan
2. desas desus 7. agama
3. ostrasisme (pengucilan) 8. intimidasi
4. fraundulens (pihak ketiga) 9. kekerasan fisik
5. teguran 10. hukuman

H. Fungsi Pengendalian Sosial
1. Mempertebal keyakinan masyarakat tentang kebaikan norma
2. Memberikan imbalan kepada warga yang mentaati norma
3. Mengembangkan rasa malu
4. Mengembangkan rasa takut
5. Menciptakan sistem hukum
Pengendalian sosial dapat dilaksanakan melalui
1. Sosialisasi
Sosialisai dilakukan agar anggota masyarakat bertingkah laku seperti yang diharapkan tanpa melalui jalur formal dan informal
2. Tekanan Sosial
Tekanan Sosial perlu dilakukan agar masyarakat sada dan mau menyesuaikan diri dengan aturan kelompok. Masyarakat dapat memberikan sanksi terhadap individu yang melanggar aturan kelompok

I. Peranan Pranata Sosial paksaan.
 

Usaha penanaman pengetian tentang nilai dan norma kepada anggota masyarakat diberikan dalam Pengendalian Sosial :
1. Polisi
Polisi merupakan salah satu pranata sosial yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban
2. Pengadilan
Unsur pengadilan terdiri dari hakim, jaksa, panitera, pengacara dan polisi
Unsur-unsur tersebut bertugas menyelenggarakan pengadilan terhadap individu yang melanggara norma hukum yang berlaku
3. Adat
Adat merupakan tata kelakuan yang kuat sehingga merupakan hukum non formal bagi masyarakat. Ketika terjadi pelanggaran terhadap adat maka masyarakat akan memberikan cemooh, gunjingan hingga pengucilan
4. Tokoh Masyarakat
Tokoh masyarakat adalah seseorang yang dianggap mempunyai kelebihan tertentu dan menjadi penuntun di masyarakat sekitarnya
5. Sekolah
Sekolah merupakan cara pengendalian yang efektif karena merupakan media sosialisasi yaitu wadah pembelajaran siswa dalam bertingkahlaku. Di sekekolah siswa dapat melakukan pembiasaan dan tersistimatis. Adapun pelaksanaannya juga terprogram menurut kurikulum tertentu
6. Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pengendalian secara non formal dan keluarga juga merupakan media sosialisasi. Dalam keluarga orang tua mengendalikan perilaku anak-anaknya agar sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dengan cara mendidik, mensosialisasi, menasehati, menegur dan bahkan menghukum agar anak kembali mematuhi nilai dan norma yang berlaku